Ringkasan Artikel: Pedagang Thrifting Jadi Distributor Produk Lokal
Pemerintah menyiapkan skema alih usaha agar pedagang thrift beralih ke distribusi produk lokal.
- Model bisnis baru menekankan kemitraan B2B dan paket grosir mirip balpres.
- Sebanyak 1.300 brand lokal disiapkan untuk memasok produk pengganti impor pakaian bekas.
- Dampak utama berupa margin lebih stabil dan peluang usaha yang lebih legal.
- Kebijakan ini bertujuan menekan larangan impor pakaian bekas sekaligus memperkuat UMKM fashion lokal.
Pemerintah Godok Skema Alih Usaha untuk Pedagang Thrifting
Pemerintah melalui kementerian terkait menyampaikan bahwa skema alih usaha sedang dirumuskan untuk membantu pedagang thrift beralih ke lini distribusi yang lebih jelas.
Temmy Satya Permana, Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM, mendorong pedagang Pasar Senen untuk beralih ke produk lokal.
“Kita menyiapkan 1.300 brand untuk dipilih oleh para penjual, pedagang pakaian bekas … ya entah mau jadi reseller atau mau jadi distributornya … atau kita tawarkan mereka bikin brand sendiri nanti.” — Dikutip dari Detik Finance.
Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani menilai penertiban impor pakaian bekas ilegal menciptakan persaingan yang lebih sehat bagi industri tekstil, garmen, dan UMKM lokal.
Kebijakan ini, yang didukung larangan impor pada Permendag No. 51/2015, dinilai Apindo sebagai langkah strategis memperkuat industri dalam negeri melalui substitusi produk lokal.
Pernyataan ini menjadi sinyal kuat bahwa arah kebijakan akan mengutamakan keberlangsungan pelaku usaha tanpa meninggalkan aturan hukum.
Dengan pendekatan tersebut, pedagang tidak “dimatikan”, melainkan diarahkan untuk menjual produk lokal yang memiliki pasokan lebih terjamin.
Tujuan Utama Alih Usaha Pedagang Thrifting Jadi Distributor Lokal
- Mengurangi ketergantungan pada barang bekas impor
- Mendorong pertumbuhan brand lokal yang kini tumbuh pesat
- Membantu pedagang thrift mendapatkan akses dagang yang legal
- Menekan peredaran pakaian bekas impor yang dilarang oleh aturan nasional
- Membuka peluang kolaborasi antara pedagang dan UMKM sebagai distributor tetap
Rencana Model Bisnis Baru
Model bisnis yang disiapkan mengarah pada sistem B2B, di mana pedagang thrift dapat menjadi reseller brand lokal yang memiliki kualitas dan standar produksi.
Pemerintah juga membuka opsi bagi pedagang untuk membangun merek sendiri sehingga mereka dapat mengembangkan identitas usaha baru.
Pemerintah menyiapkan konsep paket grosir yang mirip dengan balpres (pakaian bekas impor yang dikemas dalam karung besar atau bal) namun diisi produk lokal.
Paket tersebut memiliki kisaran harga Rp2 juta, Rp3 juta, dan Rp5 juta sehingga pedagang dapat menyesuaikan modal sekaligus memperoleh variasi produk yang cukup.
1.300 Brand Lokal Siap Mensuplai Produk Pengganti Barang Thrift
Sebanyak lebih dari 1.300 brand lokal telah disiapkan untuk mengisi kebutuhan pasokan bagi pedagang thrifting.
Daftar produk meliputi pakaian, celana, sepatu, dan sandal, yang seluruhnya dikembangkan oleh UMKM lokal.
Kehadiran brand ini menjadi jawaban atas upaya pemerintah mengganti impor pakaian bekas dengan produk lokal yang lebih terstandar.
Apa Dampaknya Pada Margin dan Fleksibilitas Pedagang?
Perubahan ini berpotensi menghadirkan margin yang lebih stabil karena harga produk lokal lebih mudah diprediksi dibanding balpres impor.
Walau pedagang perlu menyesuaikan strategi, fleksibilitas tetap terjaga berkat pilihan paket grosir dan variasi produk dari brand lokal.
FAQ Tentang “Pedagang Thrifting Jadi Distributor Produk Lokal”
Apa yang dimaksud dengan pedagang thrifting jadi produk lokal?
Ini merujuk pada upaya pemerintah mengalihkan pedagang thrift agar menjual produk lokal ketimbang barang bekas impor.
Apakah kebijakan baru ini membuat pedagang thrift berhenti berjualan?
Tidak. Pemerintah justru menawarkan model bisnis baru yang lebih legal dan berkelanjutan.
Mengapa impor pakaian bekas menjadi perhatian pemerintah?
Karena masuk dalam kategori larangan impor pakaian bekas dan dianggap merugikan UMKM tekstil lokal.
Apakah pedagang wajib menjual produk dari brand tertentu saja?
Tidak. Mereka dapat memilih bekerja sama dengan berbagai brand lokal atau bahkan membuat label sendiri.
Apakah konsumen masih bisa belanja dengan harga mirip thrift?
Harga mungkin tidak sama, namun pemerintah menargetkan agar produk lokal tetap terjangkau melalui paket grosir.
Baca Juga:



