Kabar mengejutkan datang dari industri fashion surfing, diberitakan bahwa Liberated Brands bangkrut.
Perusahaan ini merupakan induk dari merek-merek ternama seperti Billabong, Quiksilver, dan Volcom, yang kini menghadapi ketidakpastian besar.
Bagaimana ketiga brand ikonik ini bertahan di tengah krisis, atau justru semakin terpuruk?
Di artikel ini, Associe akan mengulasnya.
Kronologi Liberated Brands Bangkrut
Liberated Brands, perusahaan yang memegang lisensi utama Billabong, Quiksilver, dan Volcom, mengajukan kebangkrutan di Pengadilan Distrik Delaware, AS, pada awal Februari 2025.
Langkah ini diambil akibat tekanan keuangan yang terus meningkat, termasuk beban utang besar, inflasi tinggi, serta perubahan pola belanja konsumen.
Seiring pengajuan kebangkrutan, lebih dari 100 toko di Amerika Serikat terpaksa ditutup.
Hal ini menjadi pukulan telak bagi penggemar merek surfing yang telah mewarnai industri fashion selama puluhan tahun.
Meskipun demikian, Authentic Brands Group (ABG), pemilik hak merek Billabong, Quiksilver, dan Volcom, berencana untuk mengalihkan lisensi ke operator lain guna mempertahankan eksistensi merek-merek ini.
Penyebab utama kebangkrutan ini tidak hanya berkaitan dengan kondisi keuangan internal, tetapi juga persaingan ketat dalam industri pakaian olahraga.
Merek-merek baru dengan strategi pemasaran digital yang agresif semakin mendominasi pasar, sementara Liberated Brands kesulitan beradaptasi.
Dampak Kebangkrutan terhadap Billabong, Quiksilver, dan Volcom
Meskipun kebangkrutan Liberated Brands terjadi di Amerika Serikat, dampaknya terasa di berbagai negara tempat Billabong, Quiksilver, dan Volcom beroperasi.
Salah satu dampak paling signifikan adalah gangguan pada rantai pasokan dan distribusi, yang dapat menyebabkan keterlambatan produk di pasaran.
Selain itu, banyak toko fisik yang ditutup di AS berpotensi menurunkan visibilitas merek di pasar utama mereka.
Namun, di negara lain seperti Australia dan Indonesia, operasi tetap berjalan normal.
E-commerce menjadi penyelamat bagi ketiga merek ini, dengan penjualan online yang masih cukup stabil.
Baca Artikel Lainnya: Kenapa KKV Ganti Nama Menjadi Oh Some?
Bagaimana Billabong, Quiksilver, dan Volcom Bertahan?
Untuk menghadapi krisis ini, Authentic Brands Group telah menyiapkan beberapa strategi, yaitu melalui strategi lisensi.
Salah satunya adalah mencari operator baru yang lebih stabil secara finansial untuk mengambil alih lisensi dan operasional merek Billabong, Quiksilver, dan Volcom.
Dengan demikian, ketiga merek ini tetap bisa beroperasi meski akan mengalami perombakan dalam manajemen.
Penjualan melalui e-commerce dan marketplace global berpotensi menjadi prioritas untuk mempertahankan pendapatan.
Kampanye pemasaran digital yang lebih adaptif juga perlu dijalankan untuk memastikan merek-merek ini tetap relevan di market, khususnya untuk para pecinta fashion surfing.
Dengan branding yang kuat dan pemasaran yang tepat, Billabong, Quiksilver, dan Volcom masih memiliki peluang besar untuk bisa bertahan.
Perlindungan Merek dan Regulasi Hukum yang Berlaku
Meskipun bisnis tutup, merek tetap dilindungi hukum selama 10 tahun sejak pendaftaran dan dapat diperpanjang.
Namun, jika tidak digunakan selama 5 tahun berturut-turut, pihak ketiga dapat mengajukan gugatan penghapusan.
Perpanjangan hanya berlaku jika merek masih digunakan dan barang/jasa terkait masih diproduksi atau diperdagangkan, sesuai Pasal 35, 36, dan 74 UU Merek serta Putusan MK Nomor 144/PUU-XXI/2023.
Authentic Brands Group (ABG) memastikan kepemilikan merek dagang tetap terlindungi dan tidak beralih tanpa izin.
Di Indonesia, UU No. 20 Tahun 2016 menjamin perlindungan merek terdaftar meskipun bisnisnya bangkrut.
ABG menerapkan strategi lisensi dengan menggandeng ritel lokal agar merek tetap beredar dan memenuhi syarat perpanjangan perlindungan.
Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak terkait artikel legalitas atau membutuhkan layanan pendaftaran merek, kunjungi Associe atau langsung hubungi kami.
