Lays, Doritos, dan Cheetos pernah menjadi snack favorit masyarakat Indonesia. Namun, beberapa waktu lalu, produk ini tiba-tiba menghilang dari pasaran.
Apa yang menyebabkan mereka pergi, dan bagaimana kehadiran kembali produk ini mempengaruhi industri makanan ringan di Indonesia? Associe akan membahasnya di artikel ini.
Alasan di Balik Mundurnya Lays, Cheetos, dan Doritos di Indonesia
Keputusan ini berkaitan erat dengan berakhirnya kerja sama antara PepsiCo, pemilik merek dagang ketiga produk tersebut, dan PT Indofood Fritolay Makmur (IFL), anak perusahaan Indofood yang sebelumnya memegang lisensi produksi dan distribusi di Indonesia.
Sebagai bagian dari kesepakatan pemutusan hubungan bisnis, Indofood membeli seluruh saham PepsiCo di IFL, menjadikan perusahaan ini sepenuhnya dimiliki oleh Indofood.
Namun, dalam proses tersebut, Indofood harus menghentikan produksi Lays, Cheetos, dan Doritos selama tiga tahun sebagai bagian dari perjanjian non-kompetisi yang disepakati antara kedua belah pihak.
Perjanjian non-kompetisi yang disepakati antara Indofood dan PepsiCo bertujuan untuk mencegah persaingan langsung setelah pemisahan kepemilikan.
Hal ini berarti bahwa selama periode tiga tahun tersebut, Indofood tidak dapat memproduksi, mengimpor, maupun menjual produk-produk yang berada di bawah merek PepsiCo, termasuk Lays, Cheetos, dan Doritos.
Untuk mempertahankan pangsa pasar, Indofood meluncurkan produk pengganti dengan karakteristik serupa tetapi merek berbeda.
Lays digantikan oleh Chitato Lite, Cheetos oleh Chiki Twist, dan Doritos oleh Maxicorn, masing-masing dengan tekstur serta rasa yang mendekati aslinya.
Baca Juga: Informasi yang Wajib Dicantumkan dalam Label Produk Makanan
Lays, Cheetos, dan Doritos Kembali ke Indonesia
Setelah absen sejak 2021, produk makanan ringan populer seperti Lays, Cheetos, dan Doritos akan kembali hadir di Indonesia pada kuartal pertama 2025.
Kembalinya produk-produk ini ditandai dengan beroperasinya pabrik pertama PepsiCo Indonesia di Cikarang, Jawa Barat, yang mulai dibangun pada Agustus 2023 dengan investasi sebesar US$200 juta atau sekitar Rp3 triliun.
Dengan memiliki kendali penuh atas produksi dan distribusi, PepsiCo tidak lagi bergantung pada pihak ketiga dalam menghadirkan produknya di pasar Indonesia.
Pabrik seluas 6 hektare ini akan memfokuskan produksi untuk memenuhi permintaan dalam negeri, dengan rencana ekspor ke negara-negara ASEAN secara bertahap.
Antusiasme konsumen terhadap kembalinya Lays, Cheetos, dan Doritos cukup tinggi. Selama ketidakhadiran produk-produk ini, beberapa importir paralel memasukkan produk tersebut dengan harga yang lebih tinggi.
Dengan produksi lokal yang segera dimulai, PepsiCo optimis dapat memenuhi kebutuhan konsumen sekaligus menekan harga jual, sehingga lebih terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Dampak Positif Investasi PepsiCo
Kembalinya Lays, Doritos, dan Cheetos ke Indonesia juga membawa dampak positif bagi industri dan perekonomian, di antaranya:
Membuka Lapangan Kerja Baru
Dengan dibangunnya pabrik PepsiCo di Cikarang, tentunya ini akan menciptakan ribuan lapangan kerja bagi tenaga kerja lokal.
Pabrik ini beroperasi di lahan seluas 6 hektare dan akan memproduksi Lays, Cheetos, dan Doritos untuk pasar dalam negeri serta ekspor ke negara-negara ASEAN.
Selain tenaga kerja langsung di sektor manufaktur, kehadiran PepsiCo juga membuka peluang bagi sektor logistik, distribusi, dan pemasaran di Indonesia.
Meningkatkan Persaingan di Industri Makanan Ringan
Absennya Lays, Cheetos, dan Doritos sejak 2021 memberi ruang bagi merek lokal untuk berkembang.
Kini, dengan kembalinya PepsiCo, persaingan di industri makanan ringan semakin ketat.
Hal ini mendorong produsen lokal maupun internasional untuk berinovasi, baik dalam pengembangan rasa, kemasan, maupun strategi pemasaran.
Konsumen akan diuntungkan dengan lebih banyak pilihan produk berkualitas serta harga yang lebih kompetitif.
Meningkatkan Investasi Asing di Indonesia
Keputusan PepsiCo untuk kembali ke Indonesia menunjukkan daya tarik pasar domestik bagi investor global.
Dengan kepemilikan penuh atas operasionalnya, PepsiCo memberikan sinyal positif bagi perusahaan multinasional lainnya untuk berinvestasi di sektor makanan dan minuman
Selain itu, perusahaan juga berkomitmen untuk mengembangkan rantai pasok lokal, termasuk peningkatan kerja sama dengan petani kentang dan jagung di Indonesia guna mengurangi ketergantungan impor bahan baku dari Australia.
Baca Juga: Shrinkflation, Strategi Di Balik Penyusutan Produk Makanan