Ringkasan Artikel: Pabrik Bata Indonesia Tutup

Beberapa poin penting terkait penutupan Pabrik Bata Indonesia di Purwakarta:

  • Penutupan pabrik terjadi pada 30 April 2024.
  • Penyebab utama: penurunan permintaan, inefisiensi produksi, dan perubahan selera konsumen.
  • Sebanyak 233 karyawan terdampak PHK.
  • Fokus bisnis kini beralih ke e-commerce dan kemitraan dengan produsen lokal.
  • Produk Bata tetap tersedia melalui platform e-commerce dan mitra lokal.

 

Setelah lebih dari 90 tahun beroperasi di Indonesia, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) memutuskan untuk menutup pabriknya di Purwakarta pada 30 April 2024.

Langkah ini menandai perubahan besar dalam strategi perusahaan. Apakah itu?

Associe akan membahasnya di artikel ini.

 

Sejarah Singkat Bata di Indonesia

Bata adalah perusahaan sepatu keluarga yang didirikan pada 1894 di Cekoslowakia. Saat ini, produknya hadir di lebih dari 50 negara dengan fasilitas produksi di 26 negara.

Di Indonesia, sepatu Bata dijual melalui PT Sepatu Bata Tbk.

Merek ini pertama kali hadir pada 1931 dan sejak itu telah menjadi merek sepatu yang paling dikenal di tanah air.

Selama bertahun-tahun, Bata dikenal dengan produk-produk seperti sepatu sekolah, sepatu kerja, dan sepatu kasual.

Pabrik di Purwakarta, yang dibangun pada tahun 1994, menjadi pusat produksi utama bagi perusahaan di Indonesia.

Namun, seiring berjalannya waktu, perusahaan menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan daya saing di pasar.

 

Alasan Pabrik Bata Indonesia Tutup

Penutupan pabrik di Purwakarta bukanlah keputusan yang diambil secara mendadak, melainkan dipicu oleh beberapa faktor.

Sejak 2018, produksi sepatu di pabrik ini menurun drastis dari 3,5 juta pasang menjadi hanya 1,15 juta pasang pada 2023.

Kapasitas produksi yang melebihi kebutuhan pasar membuat operasional tidak efisien, dengan produksi hanya 30% dari maksimal.

Faktor lain yang mempengaruhi keputusan ini adalah perubahan selera konsumen yang kini lebih tertarik pada merek-merek modern.

Dari laporan keuangan semester I 2025, BATA mencatat rugi bersih Rp 40,6M, lebih rendah dibandingkan kerugian Rp 127,4M dibandingkan sebelumnya.

Penjualan bersih turun 38,74% menjadi Rp 159,43 miliar dan total aset perusahaan turun menjadi Rp 377,98 miliar.

Direktur Bata, Hatta Tutuko juga menyampaikan bahwa pabrik Bata di Purwakarta ditutup karena permintaan pelanggan terhadap produk terus menurun.

 

Transformasi ke E-Commerce

Meskipun PT Sepatu Bata Tbk menutup pabriknya di Purwakarta dan menghentikan produksi sepatu, toko retail Bata di Indonesia tetap beroperasi.

Bata akan menawarkan produk-produk baru yang dirancang dan dikembangkan oleh produsen lokal dari pabrik mitra.

Serta penjualan juga dilakukan melalui platform e-commerce seperti LazMall, ShopeeMall, dan Tokopedia.

Langkah ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan bisnis dan menjangkau konsumen secara lebih luas secara digital.

 

Catatan Akhir

Keputusan BATA untuk menutup pabrik di Purwakarta dan beralih fokus ke e-commerce mencerminkan adaptasi perusahaan terhadap perubahan pasar dan teknologi.

Meskipun langkah ini membawa tantangan, namun juga membuka peluang baru bagi perusahaan untuk berkembang di era digital.

 

FAQ Tentang “Bata Indonesia Tutup”

Apa alasan utama penutupan pabrik Bata di Purwakarta?

Penutupan pabrik disebabkan oleh penurunan permintaan pasar, inefisiensi produksi, dan perubahan selera konsumen yang tidak lagi sesuai dengan produk yang dihasilkan.

Berapa banyak karyawan yang terdampak akibat penutupan pabrik?

Sebanyak 233 karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat penutupan pabrik di Purwakarta.

Apakah produk Bata masih tersedia di pasaran?

Ya, produk Bata tetap tersedia melalui platform e-commerce seperti Shopee dan Lazada, serta melalui mitra lokal yang memproduksi barang dengan merek Bata.

Apa langkah selanjutnya bagi perusahaan setelah penutupan pabrik?

Perusahaan akan fokus pada penguatan bisnis e-commerce, menjalin kemitraan dengan produsen lokal, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Apakah ada kemungkinan pabrik dibuka kembali di masa depan?

Meskipun saat ini fokus perusahaan adalah pada model bisnis digital, tidak menutup kemungkinan untuk membuka kembali pabrik.

 

Baca Juga:

Pertamina Luncurkan SPBU Signature, Ini Kelebihan dan Lokasinya

Kenaikan Cukai Rokok: Apakah Rugikan Produsen dan Konsumen?