Skincare Overclaim — Belakangan ini, topik skincare overclaim menjadi viral di media sosial, terutama TikTok, setelah seorang dokter membongkar sejumlah produk kecantikan yang mengklaim hasil berlebihan. Banyak produk skincare yang ternyata tidak memenuhi janji yang diberikan, bahkan berpotensi berbahaya bagi kulit. Apa sebenarnya arti dari skincare overclaim, dan bagaimana kita bisa melindungi diri dari produk yang mengelabui konsumen?
Produk Skincare Overclaim Viral karena Dokter di TikTok
Sumber: YouTube Dokter Detektif
Produk skincare overclaim akhir-akhir ini menjadi topik hangat di kalangan publik setelah seorang dokter mengungkap kandungan sebenarnya dari beberapa produk skincare. Salah satu yang menarik perhatian adalah akun TikTok @dokterdetektif, yang dengan berani membongkar klaim berlebihan dari berbagai produk skincare yang seringkali menyesatkan konsumen.
Pembahasan tentang skincare overclaim sedang ramai dibicarakan di media sosial, khususnya di TikTok. Namun, meskipun demikian, masih ada produk skincare yang memiliki kandungan sesuai dengan klaim yang dijanjikan.
Isu ini mulai mencuat setelah akun Dokter Detektif atau yang dikenal juga sebagai Doktif, membagikan fakta-fakta mengejutkan tentang produk perawatan kulit lokal yang ada di pasaran. Dalam unggahannya, Dokter Detektif menjelaskan hasil analisis dan uji laboratorium dari beberapa merek skincare.
Menariknya, hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa beberapa merek tidak memenuhi klaim yang mereka tawarkan, yang akhirnya memicu diskusi luas tentang skincare overclaim di media sosial. Salah satu contoh yang viral adalah produk yang mengklaim dapat memutihkan kulit dalam waktu singkat dengan kandungan persentase yang tinggi tanpa memberikan penjelasan ilmiah yang mendukung.
Pengertian Skincare Overclaim

Sumber: Pexels
Overclaim skincare artinya klaim berlebihan yang dibuat oleh produsen skincare untuk menarik minat konsumen, sering kali tanpa bukti klinis yang mendukung. Beberapa contoh umum dari overclaim ini meliputi janji bahwa produk dapat menghilangkan kerutan dalam semalam, memutihkan kulit dalam beberapa hari, atau bahkan menyembuhkan jerawat secara permanen. Klaim seperti ini seringkali tidak realistis dan dapat menimbulkan harapan palsu.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia memiliki regulasi ketat terkait dengan klaim produk kosmetik. Pasal 5 Peraturan BPOM No. 18 Tahun 2015 tentang Label dan Iklan Produk Kosmetika menyatakan bahwa semua klaim produk kosmetik harus didukung oleh bukti ilmiah. Produk yang terbukti membuat klaim palsu atau berlebihan dapat ditarik dari pasaran dan produsen bisa dikenakan sanksi.
Regulasi Aturan Kandungan Skincare
Selain klaim produk, regulasi terkait kandungan produk skincare juga sangat penting. Produk yang mengandung bahan aktif seperti AHA, BHA, retinol, atau bahan pemutih kulit harus mematuhi standar keamanan yang ditetapkan oleh BPOM. Konsumen perlu berhati-hati dengan produk yang menjanjikan hasil drastis karena sering kali produk tersebut mengandung bahan yang bisa memicu iritasi, alergi, atau bahkan kerusakan kulit jangka panjang.
Pasal 6 Peraturan BPOM No. 19 Tahun 2015 mengatur tentang bahan yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam produk kosmetik. Penggunaan bahan-bahan yang dilarang atau berlebihan dari dosis yang diizinkan dapat menyebabkan produk tersebut ditarik dari pasaran dan produsen dapat dikenai denda atau sanksi pidana.
Pemasaran Skincare yang Baik

Sumber: Pexels
Produsen skincare yang baik harus jujur dan transparan dalam memberikan informasi kepada konsumen. Klaim yang dibuat harus sesuai dengan hasil uji klinis dan penelitian ilmiah. Selain itu, pemasaran yang baik juga melibatkan edukasi konsumen tentang bagaimana cara menggunakan produk dengan benar dan apa hasil realistis yang bisa dicapai.
Penggunaan label seperti “organik,” “alami,” atau “dermatologically tested” harus disertai dengan bukti yang jelas. Konsumen harus berhati-hati dengan produk yang menggunakan istilah-istilah ini secara sembarangan, karena istilah tersebut sering kali disalahgunakan dalam skincare overclaim untuk meningkatkan daya tarik produk.
Salah satu aspek penting dalam pemasaran skincare yang sering diabaikan adalah kejelasan terkait persentase bahan aktif dalam produk. Banyak produk skincare yang mencantumkan persentase tinggi bahan aktif pada kemasan, namun kenyataannya kandungan tersebut tidak sesuai dengan isi sebenarnya. Hal ini dapat mengarah pada skincare overclaim, di mana produk memberikan harapan palsu tanpa efek nyata.
Kesimpulan
Skincare overclaim adalah masalah serius yang tidak hanya mengecoh konsumen, tetapi juga berpotensi membahayakan kesehatan kulit. Penting bagi kita sebagai konsumen untuk lebih kritis dalam memilih produk dan selalu memeriksa kandungan serta klaim produk tersebut. Pastikan produk yang digunakan telah terdaftar di BPOM dan klaim yang dibuat didukung oleh bukti ilmiah.
Untuk informasi terbaru tentang topik lainnya, kunjungi Associe.co.id agar tidak ketinggalan berita.