Netflix Pecat Karyawan Toxic — Netflix dikenal memiliki kebijakan ketat dalam mempertahankan budaya kerja yang produktif.
Salah satu langkahnya adalah memecat karyawan yang dianggap toxic, bahkan jika mereka memiliki performa tinggi.
Hal ini menuai pro dan kontra. Namun, apakah kebijakan ini juga dapat diterapkan di Indonesia?
Baca Juga: Rencana Pemblokiran TikTok di US, Apa Sebab dan Dampaknya?
Kebijakan Netflix terhadap Karyawan Toxic
Netflix menerapkan kebijakan “No Brilliant Jerks”, yang berarti perusahaan tidak mentoleransi karyawan berbakat tetapi merusak lingkungan kerja.
Menurut Reed Hastings, CEO Netflix, karyawan toxic dapat menghambat kerja tim dan mengurangi produktivitas secara keseluruhan.
Sebagai gantinya, Netflix membangun budaya kerja berbasis keterbukaan dan kepercayaan.
Perusahaan lebih memilih mempertahankan karyawan yang tidak hanya kompeten tetapi juga memiliki etika kerja yang baik.
Kasus Pemecatan Karyawan di Netflix
Salah satu kasus terkenal adalah pemecatan karyawan yang membocorkan informasi keuangan terkait program spesial Dave Chappelle, The Closer.
Langkah ini diambil karena Netflix memiliki aturan ketat mengenai kerahasiaan data perusahaan.
Selain itu, Netflix juga pernah memutus hubungan kerja dengan karyawan yang dianggap merusak budaya perusahaan.
Kebijakan ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih mengutamakan lingkungan kerja yang sehat dibanding mempertahankan individu berbakat namun bermasalah.
Pro dan Kontra Strategi Netflix
Pro: Meningkatkan Produktivitas dan Budaya Kerja
Dengan menerapkan Keeper Test, Netflix memastikan hanya karyawan berkinerja tinggi yang bertahan, menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif.
Netflix Keeper Test adalah metode evaluasi yang menantang manajer untuk memutuskan apakah mereka akan berusaha keras untuk mempertahankan seorang karyawan. Jika jawabannya tidak, karyawan tersebut bisa diminta untuk pergi.
Metode ini meningkatkan produktivitas dengan fokus pada karyawan berdampak tinggi dan menciptakan budaya kerja yang sehat.
Kontra: Risiko Kehilangan Talenta dan Inovasi
Tindakan Netflix pecat karyawan toxic yang berprestasi dapat memunculkan risiko kehilangan talenta potensial yang memiliki ide atau inovasi kreatif.
Karyawan dengan perspektif unik atau pendekatan berbeda mungkin tersingkir sebelum kontribusi mereka terlihat jelas.
Jika terlalu agresif dalam menyingkirkan individu yang dianggap “tidak cocok,” Netflix berisiko kehilangan keragaman pemikiran yang justru bisa mendorong inovasi.
Bisakah Regulasi Perusahaan Indonesia Meniru Netflix?
Di Indonesia, pemecatan karyawan diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 serta perubahannya dalam UU Cipta Kerja.
Pasal-pasal ini mengatur bahwa pemutusan hubungan kerja harus dilakukan dengan alasan yang jelas dan sesuai hukum.
Sementara itu, budaya kerja di Indonesia cenderung lebih mengutamakan pendekatan kekeluargaan.
Mengadopsi kebijakan seperti Netflix bisa menimbulkan tantangan dan penyesuaian, terutama dalam aspek hukum atau sosial.
Baca Juga: Fenomena NEET pada Gen Z di Indonesia
Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak terkait berita bisnis terbaru atau membutuhkan layanan konsultan bisnis/HR, jangan ragu untuk kunjungi Associe atau langsung hubungi kami.