Akhir-akhir ini sering muncul pembicaraan mengenai resesi. Hal ini membuat banyak orang khawatir tentang kondisi ekonomi mereka di tahun 2023. Resesi sendiri adalah istilah yang mendeskripsikan bahwa perekonomian negara yang lesu karena beberapa penyebab.
Kali ini Associe akan membahas tentang apa itu resesi.
Pengertian Resesi
Resesi adalah istilah yang menggambarkan kondisi di mana perputaran ekonomi suatu negara sedang melamabat atau bahkan memburuk. Resesi bisa dilhat dari Produk Domestik Bruto yang menurun selama dua kartal berturut-turut. Perputaran ekonomi yang melambat bisa berlangsung dalam periode bulanan bahkan tahunan. Hal ini tentu akan memberi dampak kepada masyarakat dalam negara tersebut. Seperti yang kita ketahui, pandemi pada tahun 2020 juga merupakan kondisi dimana perputaran ekonomi di Indonesia bahkan dunia ikut melemah yang salah satunya menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan.
Penyebab Terjadinya Resesi
Ada beragam faktor yang memicu terjadinya resesi pada suatu negara. Faktor-faktor penyebab terjadinya resesi adalah sebagai berikut.
1. Inflasi dan Deflasi yang Berlebihan
Harga komoditas yang naik tinggi dapat menyebabkan konsumen tidak memiliki daya beli yang cukup sehingga supply akan menumpuk dan menyebabkan inflasi. Selain itu sama juga sebaliknya, apabila harga komoditas menurun dengan drastis maka akan mempengaruhi tingkat pendapatan perusahaan yang mengakibatkan biaya produksi tidak tertutup oleh penjualan sehingga pabrik akan menurunkan volume produksi.
Tak hanya inflasi yang berpengaruh kepada resesi, deflasi pun demikian. Harga komoditas yang menurun drastis kemudian akan mempengaruhi tingkat pendapatan dan laba perusahaan yang juga menurun. Akibatnya, biaya produksi tidak lagi tercover dengan baik dan menyebabkan volume produksi yang kian merendah.
2. Guncangan Ekonomi Mendadak
Sudah kita ketahui bersama, pandemi pada tahun 2020 yang muncul mendadak menjadi pemicu guncangan ekonomi secara tiba-tiba sehingga menyebabkan resesi. Lumpuhnya aktivitas ekonomi menyebabkan beragam masalah, seperti aktivitas ekspor impor yang berkurang, lapangan pekerjaan yang hilang, hingga hutang yang menumpuk baik untuk individu maupun perusahaan yang berdampak pada hilangnya daya beli.
3. Gelembung Aset
Berikutnya adalah pecahnya gelembung aset. Hal ini disebabkan karena para investor yang panik dan melakukan tindakan secara gegabah. Misalnya seperti pembelian saham dan properti secara masif dengan anggapan harga akan melambung tinggi ke depannya.Namun karena keadaan ekonomi sedang lesu mereka panik lalu menjual aset bersama sama sehingga merusak harga pasar dan terjadilah resesi.
Contohnya seperti Gelembung properti yang terjadi di China oleh Evergrande, di mana saat ini harga properti yang semakin mahal dan membuat permintaan menurun drastis, padahal sudah banyak orang yang membeli properti dengan harga mahal namun malah tidak ada permintaan karena harga sudah kadung terlewat mahal.
4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Berkembangnya teknologi juga turut menjadi salah satu faktor penyebab inflasi. Sebagai contoh ketika ada revolusi industri 2.0 yang kala itu tercipta mesin tenaga listrik yang menyebabkan tenaga manusia mulai berkurang diminati karena biaya besar dan kurang efisien. Saat itu terjadi PHK besar yang mengakibatkan aktifitas ekonomi juga berkurang karena tingkat pengangguran tinggi.
5. Ketidakseimbangan Antara Produksi dan Konsumsi
Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi juga menjadi pemicu berikutnya. Barang atau komoditas yang diproduksi secara berlebih namun di saat bersaman tingkat konsumsinya rendah atau daya beli menurun akan berdampak pada produsen.
Dampak Resesi
Saat terjadi resesi, aktifitas ekonomi untuk hampir semua jenis bisnis baik yang berskala besar maupun berskala kecil akan terkena dampaknya. Hal ini kemudian akan diperparah lagi dengan kondisi kredit yang kian ketat, dimana permintaan atau pengajuan permohonannya menurun atau menjadi lebih lambat, sehingga menciptakan kekhawatiran, ketidakpastian dan ketakutan secara umum. Resesi Ekonomi sendiri tidak hanya berpengaruh terhadap pemerintah, tetapi juga perusahaan maupun kehidupan individu, berikut penjelasannya:
1. Dampak Resesi Kepada Pemerintahan
Dalam periode resesi, pemerintah diharapkan tetap bisa membuat masyarakat untuk tetap sejahtera. Padahal ketika resesi pastinya pendapatan via pajak juga akan turun karena pemerintah akan berusaha mengakomodir Wajib Pajak untuk menurunkan tarif pajak atau relaksasi, lalu aktifitas jual beli yang ikut turun juga menyebabkan penerimaan PPN juga berkurang. Dengan kondisi pendapatan negara berkurang dan terus memberi bantuan untuk kesejahteraan masyarakat, maka bisa saja Pemerintah akan melakukan pinjaman ke luar negri untuk bisa menutup kas yang defisit.
2. Dampak Resesi Pada Perusahaan
Ketika berada dalam masa resesi, bisnis atau perusahaan menjadi pihak yang terpengaruh, karena faktor seperti penjualan menurun, biaya lebih besar, kas menipis, dan sebagainya. Akibatnya perusahaan tentu perlu menyesuaikan bisnisnya untuk menjaga agar perusahaan bisa tetap berjalan, misalnya seperti menurunkan harga jual agar produk/jasanya bisa terjual. Namun agar produk dan jasanya bisa tetap memberikan keuntungan meski harga jual turun, langkah yang diambil sebelumnya bisa seperti pemotongan gaji karyawan atau bahkan PHK.
3. Dampak Resesi Pada Pekerja
Ketika resesi sudah memberikan dampak pada perusahaan, maka hal ini juga akan berdampak pada pekerja juga. Pekerja juga berada pada posisi yang rentan kena pemotongan gaji, keterlambatan pembayaran gaji, bahkan pemutusan hubungan kerja. Padahal pekerja juga terus harus memenuhi kebutuhannya ketika pekerja sudah mulai kehilangan sebagian atau pendapatan sepenuhnya, sehingga tidak hanya daya beli saja yang berkurang, tapi ini juga bisa berdampak pada tingkat kriminalitas dan ketimpangan sosial.