Associe

Viral Tagar Kabur Aja Dulu: Apa yang Bisa Dicermati?

tagar kabur aja dulu
Table of Contents

Indonesia kembali diramaikan dengan fenomena baru di media sosial, yaitu tagar kabur aja dulu (#KaburAjaDulu).

Ungkapan ini menjadi viral sebagai bentuk ekspresi anak muda, terutama Gen Z terhadap berbagai tantangan ekonomi dan sosial di dalam negeri.

Banyak dari mereka menganggap peluang di luar negeri lebih menjanjikan dibandingkan bertahan di Indonesia.

Fenomena ini memunculkan diskusi luas, dari alasan di balik keinginan untuk migrasi  hingga potensi dampaknya bagi Indonesia.

Dari fenomena #KaburAjaDulu yang viral, apa saja yang bisa kita cermati?

Baca Juga: TikTok Diblokir di US, Apa Alasannya?

Awal Mula Tagar Kabur Aja Dulu yang Viral

Tren #KaburAjaDulu viral di media sosial sebagai ekspresi kekecewaan masyarakat Indonesia terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan kebijakan pemerintah yang dianggap tidak mendukung rakyat.

Tagar ini mencerminkan keinginan banyak orang, terutama anak muda, untuk meninggalkan Indonesia demi mencari pekerjaan atau melanjutkan pendidikan di luar negeri.

Awalnya, tagar ini populer di media sosial X, dengan warganet mendorong generasi muda untuk mencari peluang pendidikan, pekerjaan, atau tinggal di luar negeri.

Fenomena ini terkait dengan tingginya biaya pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja, dan rendahnya upah di Indonesia.

Selain itu, banyak warganet yang membagikan informasi tentang peluang studi atau pekerjaan di luar negeri, seperti lowongan kerja, beasiswa, kursus bahasa, serta pengalaman bekerja di luar negeri.

Hal ini semakin memperkuat tren #KaburAjaDulu sebagai ajakan untuk “kabur” dari Indonesia.

 

Faktor Penyebab Generasi Muda untuk Pindah Keluar Negeri

Peluang Kerja yang Lebih Baik

Salah satu alasan utama generasi muda ingin bekerja di luar negeri adalah minimnya lapangan pekerjaan dengan gaji layak di dalam negeri.

Banyak lulusan baru kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan pendidikan mereka.

Seperti Jepang yang kekurangan tenaga kerja akibat populasi menua, dengan 2,05 juta pekerja asing pada 2023—naik 40,3% dalam lima tahun—sehingga membuka peluang di 14 sektor melalui berbagai skema visa.

Beberapa negara bahkan menawarkan program khusus, seperti visa tenaga kerja terampil atau jalur imigrasi berbasis pekerjaan, untuk menarik pekerja asing. 

Kenaikan Biaya Hidup

Di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, biaya hidup terus meningkat lebih cepat dibandingkan kenaikan gaji.

Menurut data dari Bank Indonesia, pada 2023, inflasi mencapai 5,5%, sementara rata-rata kenaikan gaji hanya sekitar 4%.

Sewa apartemen, harga bahan pokok, biaya transportasi, dan kebutuhan lainnya semakin mahal, sementara daya beli masyarakat cenderung stagnan.

Di Jakarta, harga sewa apartemen dapat naik hingga 15% dalam setahun, sementara upah minimum regional (UMR) hanya mengalami kenaikan 6%.

Sebaliknya, di negara maju seperti Australia dan Kanada, meski biaya hidup tinggi, pendapatan per kapita jauh lebih tinggi, yakni sekitar USD 55.000 di Australia, dibandingkan Indonesia yang sekitar USD 4.000.

Fasilitas Pendidikan dan Pengembangan Karier

Generasi muda mempunyai opsi yang menarik untuk melanjutkan studi atau mendapatkan pelatihan kerja di luar negeri karena kualitas pendidikan yang lebih baik dan peluang karier yang lebih luas. 

Banyak negara memberi kesempatan bagi lulusan untuk tinggal dan bekerja setelah menyelesaikan studi, seperti Post-Graduation Work Permit (PGWP) di Kanada, yang memungkinkan lulusan bekerja beberapa tahun setelah lulus.

Keinginan Mencari Pengalaman Baru

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah keinginan untuk merasakan pengalaman hidup yang berbeda.

Banyak anak muda merasa bahwa tinggal di luar negeri bisa memberikan mereka wawasan baru, tantangan yang lebih menarik, dan kesempatan untuk berkembang secara pribadi.

Beberapa negara menawarkan lingkungan yang mendukung pekerja lepas dan digital nomad, memungkinkan mereka bekerja dari mana saja sambil menikmati pengalaman tinggal di luar negeri.

 

Tanggapan Pemerintah Terkait Viralnya #KaburAjaDulu

Fenomena tagar kabur aja dulu memicu berbagai tanggapan dari kalangan pemerintah, termasuk para menteri. 

Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, menganggap tagar ini sebagai aspirasi masyarakat dan tantangan bagi pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih baik. 

Ia juga menilai bahwa bekerja di luar negeri untuk meningkatkan kemampuan lalu kembali membangun Indonesia bukan masalah.

Di sisi lain, Menteri ATR Nusron Wahid mengkritik tren ini sebagai tanda kurangnya sikap patriotik. Menurutnya, memilih untuk “kabur” bukan solusi atas masalah yang ada di Indonesia.

Ia menegaskan bahwa persoalan harus diselesaikan bersama antara masyarakat dan pemerintah, dan siap berdialog untuk mencari jalan keluar.

Baca Juga: Fenomena NEET Pada Gen Z di Indonesia

 

Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak terkait artikel bisnis atau membutuhkan layanan konsultan bisnis, jangan ragu untuk kunjungi Associe atau langsung hubungi kami.

Siap Kembangkan Bisnis Kamu Bersama Associe?

Kami di Associe siap membantu kamu dalam mengurus semua aspek bisnis mulai dari legalitas, perpajakan, manajemen HR hingga Pemasaran Digital.

Dapatkan konsultasi gratis dan solusi yang tepat untuk memaksimalkan potensi bisnis kamu sekarang!

Layanan Associe